Cerpen yang berjudul “Buya” karya Damhuri Muhammad ini sangat
kaya akan nilai agama islam. Dimana dalam cerita ini menceritakan tentang
seorang Buya yang bernama Buya Ibrahim Mufti yang taat akan agama islam dan
bisa mengajak orang-orang untuk taat juga kepada ajaran agama islam. Agama
menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam cerpen ini secara
tidak langsung memaparkan betapa pentingnya agama sebagai konsumsi utama
manusia dalam hidupnya.
Buya Ibrahim Mufti dalam cerpen ini sebagai sosok yang alim
dan juga memilliki kekuatan batin atau
gaib yang tidak bisa dimiliki semua orang. Dalam cerita ini ia digambarkan
sebagai sosok yang bisa merubah suatu negri yaitu negri Taram. Negri yang dulu
kering kerontang dan juga kering akan pengetahuan agama. Kekeringan negri bisa
disebabkan oleh kekeringan akhlak masyarakat di negri tersebut. Dan kedatangan
Buya memberikan angin untuk negri ini. Namun pada akhir cerita negri inipun
merosot dalam agama karena kepergian Buya Ibrahim Mufti secara tiba-tiba.
Cerpen sebagai sebuah
karya sastra yang lahir dari kreatifitas pengarang yang berisi ide-ide, maka
dari itu kita harus melakukan analisis dan kritik terhadap karya tersebut agar
kita dapat menemukan hal yang lebih kompleks lagi, selain itu sebuah cerpen dapat dikaji dari sudut apa
saja. Meskipun demikian orang tidak dapat memahami cerpen secara sepenuhnya
tanpa mengetahui dan menyadari bahwa cerpen itu termasuk karya estetis yang
bermakna, yang mempunyai tafsiran mendalam, bukan hanya sesuatu yang bacaan
atau cerita tanpa makna, maka dari itu cerpen harus dianalisis sehingga dapat
diketahui makna tersembunyi yang mungkin tidak semua orang menangkapnya. Dari
itu saya mencoba menganalisis dan mengkritik cerpen Buya karya Damhuri
Muhammad.
Dalam
paparan yang singkat ini saya akan akan menganalisis serta mengkritik cerpen
yang berjudul “Buya” menggunakan analisis konten. Analisis konten
merupakan model kajian sastra yang tergolong baru, dimana dalam analisis ini
mengungkapkan, memahami dan menangkap kandungan nilai-nilai tertentu pada
sebuah karya sastra. Dan pada analisis konten ini saya lebih menekankan pada
nilai agama islam pada karya sastra yang berbentuk cerpen yang berjudul “Buya”
karya Damhuri Muhammad.
Analisis konten lebih menitik beratkan pada suatu nilai yang dianggap peneliti sastra lebih menonjol
pada sebuah karya sastra. Analisis ini menangkap pesan yang disampaikan pengarang pada karyanya. Pada
sebuah karya sastra pasti menonjolkan nilai-nilai tertentu yang dapat
menguatkan isi cerita
Dalam cerpen Buya ini pengarang banyak menyampaikan nilai agama. Dan
nilai agama ini membantu memperkuat jalan cerita pada cerpen ini. Nilai agama
yang tertangkap oleh penulis kali ini ialah bahwa akhlak seseorang yang
mengkontrol ialah seseorang itu, tidak perlu orang lain yang harus mengkontrol
akhlak kita. Di cerpen ini menceritakan bahwa kedatangan Buya Ibrahim Mufti dan
melihat kemerosotan akhlak masyarakat negri Taram dan ia memberikan angin segar
dan membawa masyarakat untuk ke jalan yang lebih baik.
Namun, pada pada lanjutan ceritanya, lama-kelamaan kemerosotan akhlak
kembali memenuhi masyarakat di negri Taram, yaitu pada saat Buya Ibrahim Mufti
menghilang. Menghilangnya Buya Ibrahim Mufti membuat masyarakat negri Taram
terombang-ambing tidak tau arah dan tujuan seperti anak ayam kehilangan
induknya. Tidak ada lagi yang mengkontrol masyarakat dan lama-kelamaan kontrol
yang sudah hilang membuat masyarakat kembali pada kehidupan lama mereka.
Pada awal cerita, pengarang menceritakan tentang kehambaran negri
Taram, musim kemarau berkepanjangan, lumbung yang kosong, dan ancaman kelaparan
yang juga hadir dalam kehidupan masyarakat negri taram. Kehambaran makin terasa
ketika kosongnya akhlak masyarakat negri Taram.
Kedatangan Buya Ibrahim Mufti membuat alam bersahabat dengan negri
Taram dan masyarakat. Banyak keajaiban yang diciptakan Buya Ibrahim Muti dari
kekuatannya, “keadaan berubah menjadi lebih baik. Waktu itu buya menancapkan
ujung tingkatnya kedalam tanah, lalu dihelanya tongkatitu sambil berjaln ke arah
timur. Tanah kering yang tergoter tongkat buya seketika lembab, basah dan
dialiri air yang datang entah dari mana”, tempat ini dinamai Kepala Bandar.
Kekuatan lain Buya Ibrahim Mufti yaitu dapat menghadiri beberapa acara dalam
waktu yag bersamaan, hal ini dapat dilihat dari dalam cerita. Namun, bukan
keistimewaan ataupun kekuatan Buya Ibrahim Mufti yang kita tiru, tapi
kerendahan hati beliau dan kelakuan baik lainnya.
Selain itu dengan bantuan masyarakat Buya Ibrahim Mufti dapat
membuat sebuah Surau yang dikenal dengan Surau Tuo yang merupakan surau pertama
di negri Taram. Di surau itulah Buya Ibrahim Mufti tinggal dan mengajarkan
tentang agama islam. Dan disini dapat pula kita mengetahui bagaimana Buya
Ibrahim dalam menegakkan kebenaran di negri Taram.
Kerendahan hati dan kemauan mengajarkan dan membagi ilmu menjadi
karakter dari Buya Ibrahim Mufti yang juga dapat kita contoh,dan karakter ini
juga menempati nilai-nilai kebaikan dalam agama yang patut di contoh.
Dalam akhir cerita, dikisahkan bahwa Buya Ibrahim Mufti bergegas
pada saat mencukur rambutnya yang belum selesai di cukur. Pada saat itu ia
terkejut ka’bah kebakaran, dan ia langsung bergegas pergi ke biliknya dan duduk
bersia didepan mihrab Surau Tuo dan ia pun menghilang. Dan ini menunjukkan lagi
kekuatan dari Buya Ibrahim Mufti, tapi sekali lagi saya jelaskan bukan kekuatan
Buya Ibrahim Mufti yang kita tiru.
Buya Ibrahim Mufti menghilangdan ia tidak pernah kembali. Hilangnya
Buya Ibrahim Mufti dan murid-muridnya yang melanjutkan jejaknya (Haji Malih,
Haji Amak, dan Haji Djamil) dan orang-orang yang setia pada Surau Tuo
mengembalikan negri Taram seperti duu kembali, seperti sebelum Buya Ibrahim
Mufti mendatangi negri Taram. Kemerosotan akhlak kembali terbentuk, Kepala
Bandar hanya ramai dengan muda-mudi berpasangan yang membuat mesum. Tidak ada
lagi akhlak yang dulu tercermin pada negri Taram, tidak ada lagi yang
mengajarkan tentang larangan dan perintah pada generasi sesudah kepergian Buya
dan sahabatnya dan tidak lagi ada yang mengkontrol.
Dan di cerpen ini terlihat, bahwa setiap orang dari lahir mempunyai
cerminan akhlak yang baik, namun tergantung setiap pribadi bagaimana akhak itu
terus terjaga. Namun terkadang orang butuh kontrol agar tetap terjaganya akhlak
yang sudah ada tersebut. Dan dalam cerita tergambar bahwa perlunya kontrol
serta pembelajaran agama bagi setiap generasi yang lahir yang nantinya akan
membentuk pribadi yang berkualitas serta berakhlak.
Dalam cerpen ini banyak tergambar pesan ataupun nilai agama, baik
yang tersurat maupun tersirat. Dan cerpen ini bagus untuk dibaca karena dialam
ceritanya mengandung pesan-pesan yang baik dan bermanfaat. Nilai agama yang ada
dapat pula sebagai pembelajaran serta diaplikasikan dalam kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar