HOME

Jumat, 22 Januari 2016

Nilai Agama dalam Cerpen “Buya” Karya Damhuri Muhammad Analisis Konten



Cerpen yang berjudul “Buya” karya Damhuri Muhammad ini sangat kaya akan nilai agama islam. Dimana dalam cerita ini menceritakan tentang seorang Buya yang bernama Buya Ibrahim Mufti yang taat akan agama islam dan bisa mengajak orang-orang untuk taat juga kepada ajaran agama islam. Agama menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam cerpen ini secara tidak langsung memaparkan betapa pentingnya agama sebagai konsumsi utama manusia dalam hidupnya.
Buya Ibrahim Mufti dalam cerpen ini sebagai sosok yang alim dan  juga memilliki kekuatan batin atau gaib yang tidak bisa dimiliki semua orang. Dalam cerita ini ia digambarkan sebagai sosok yang bisa merubah suatu negri yaitu negri Taram. Negri yang dulu kering kerontang dan juga kering akan pengetahuan agama. Kekeringan negri bisa disebabkan oleh kekeringan akhlak masyarakat di negri tersebut. Dan kedatangan Buya memberikan angin untuk negri ini. Namun pada akhir cerita negri inipun merosot dalam agama karena kepergian Buya Ibrahim Mufti secara tiba-tiba.
Cerpen sebagai sebuah karya sastra yang lahir dari kreatifitas pengarang yang berisi ide-ide, maka dari itu kita harus melakukan analisis dan kritik terhadap karya tersebut agar kita dapat menemukan hal yang lebih kompleks lagi, selain itu sebuah cerpen dapat dikaji dari sudut apa saja. Meskipun demikian orang tidak dapat memahami cerpen secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa cerpen itu termasuk karya estetis yang bermakna, yang mempunyai tafsiran mendalam, bukan hanya sesuatu yang bacaan atau cerita tanpa makna, maka dari itu cerpen harus dianalisis sehingga dapat diketahui makna tersembunyi yang mungkin tidak semua orang menangkapnya. Dari itu saya mencoba menganalisis dan mengkritik cerpen Buya karya Damhuri Muhammad.
Dalam paparan yang singkat ini saya akan akan menganalisis serta mengkritik cerpen yang berjudul “Buya” menggunakan analisis konten. Analisis konten merupakan model kajian sastra yang tergolong baru, dimana dalam analisis ini mengungkapkan, memahami dan menangkap kandungan nilai-nilai tertentu pada sebuah karya sastra. Dan pada analisis konten ini saya lebih menekankan pada nilai agama islam pada karya sastra yang berbentuk cerpen yang berjudul “Buya” karya Damhuri Muhammad.
Analisis konten lebih menitik beratkan pada suatu  nilai yang dianggap peneliti sastra lebih menonjol pada sebuah karya sastra. Analisis ini menangkap pesan  yang disampaikan pengarang pada karyanya. Pada sebuah karya sastra pasti menonjolkan nilai-nilai tertentu yang dapat menguatkan isi cerita
Dalam cerpen Buya ini pengarang banyak menyampaikan nilai agama. Dan nilai agama ini membantu memperkuat jalan cerita pada cerpen ini. Nilai agama yang tertangkap oleh penulis kali ini ialah bahwa akhlak seseorang yang mengkontrol ialah seseorang itu, tidak perlu orang lain yang harus mengkontrol akhlak kita. Di cerpen ini menceritakan bahwa kedatangan Buya Ibrahim Mufti dan melihat kemerosotan akhlak masyarakat negri Taram dan ia memberikan angin segar dan membawa masyarakat untuk ke jalan yang lebih baik.
Namun, pada pada lanjutan ceritanya, lama-kelamaan kemerosotan akhlak kembali memenuhi masyarakat di negri Taram, yaitu pada saat Buya Ibrahim Mufti menghilang. Menghilangnya Buya Ibrahim Mufti membuat masyarakat negri Taram terombang-ambing tidak tau arah dan tujuan seperti anak ayam kehilangan induknya. Tidak ada lagi yang mengkontrol masyarakat dan lama-kelamaan kontrol yang sudah hilang membuat masyarakat kembali pada kehidupan lama mereka.
Pada awal cerita, pengarang menceritakan tentang kehambaran negri Taram, musim kemarau berkepanjangan, lumbung yang kosong, dan ancaman kelaparan yang juga hadir dalam kehidupan masyarakat negri taram. Kehambaran makin terasa ketika kosongnya akhlak masyarakat negri Taram.
Kedatangan Buya Ibrahim Mufti membuat alam bersahabat dengan negri Taram dan masyarakat. Banyak keajaiban yang diciptakan Buya Ibrahim Muti dari kekuatannya, “keadaan berubah menjadi lebih baik. Waktu itu buya menancapkan ujung tingkatnya kedalam tanah, lalu dihelanya tongkatitu sambil berjaln ke arah timur. Tanah kering yang tergoter tongkat buya seketika lembab, basah dan dialiri air yang datang entah dari mana”, tempat ini dinamai Kepala Bandar. Kekuatan lain Buya Ibrahim Mufti yaitu dapat menghadiri beberapa acara dalam waktu yag bersamaan, hal ini dapat dilihat dari dalam cerita. Namun, bukan keistimewaan ataupun kekuatan Buya Ibrahim Mufti yang kita tiru, tapi kerendahan hati beliau dan kelakuan baik lainnya.
Selain itu dengan bantuan masyarakat Buya Ibrahim Mufti dapat membuat sebuah Surau yang dikenal dengan Surau Tuo yang merupakan surau pertama di negri Taram. Di surau itulah Buya Ibrahim Mufti tinggal dan mengajarkan tentang agama islam. Dan disini dapat pula kita mengetahui bagaimana Buya Ibrahim dalam menegakkan kebenaran di negri Taram.

Kerendahan hati dan kemauan mengajarkan dan membagi ilmu menjadi karakter dari Buya Ibrahim Mufti yang juga dapat kita contoh,dan karakter ini juga menempati nilai-nilai kebaikan dalam agama yang patut di contoh.
Dalam akhir cerita, dikisahkan bahwa Buya Ibrahim Mufti bergegas pada saat mencukur rambutnya yang belum selesai di cukur. Pada saat itu ia terkejut ka’bah kebakaran, dan ia langsung bergegas pergi ke biliknya dan duduk bersia didepan mihrab Surau Tuo dan ia pun menghilang. Dan ini menunjukkan lagi kekuatan dari Buya Ibrahim Mufti, tapi sekali lagi saya jelaskan bukan kekuatan Buya Ibrahim Mufti yang kita tiru.
Buya Ibrahim Mufti menghilangdan ia tidak pernah kembali. Hilangnya Buya Ibrahim Mufti dan murid-muridnya yang melanjutkan jejaknya (Haji Malih, Haji Amak, dan Haji Djamil) dan orang-orang yang setia pada Surau Tuo mengembalikan negri Taram seperti duu kembali, seperti sebelum Buya Ibrahim Mufti mendatangi negri Taram. Kemerosotan akhlak kembali terbentuk, Kepala Bandar hanya ramai dengan muda-mudi berpasangan yang membuat mesum. Tidak ada lagi akhlak yang dulu tercermin pada negri Taram, tidak ada lagi yang mengajarkan tentang larangan dan perintah pada generasi sesudah kepergian Buya dan sahabatnya dan tidak lagi ada yang mengkontrol.
Dan di cerpen ini terlihat, bahwa setiap orang dari lahir mempunyai cerminan akhlak yang baik, namun tergantung setiap pribadi bagaimana akhak itu terus terjaga. Namun terkadang orang butuh kontrol agar tetap terjaganya akhlak yang sudah ada tersebut. Dan dalam cerita tergambar bahwa perlunya kontrol serta pembelajaran agama bagi setiap generasi yang lahir yang nantinya akan membentuk pribadi yang berkualitas serta berakhlak.
Dalam cerpen ini banyak tergambar pesan ataupun nilai agama, baik yang tersurat maupun tersirat. Dan cerpen ini bagus untuk dibaca karena dialam ceritanya mengandung pesan-pesan yang baik dan bermanfaat. Nilai agama yang ada dapat pula sebagai pembelajaran serta diaplikasikan dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar