HOME

Jumat, 22 Januari 2016

MAKALAH ANALISIS DAN KRITIK NASKAH DRAMA “SENANDUNG SEMENANJUNG” KARYA WISRAN HADI DENGAN TINJAUAN TEORI STRUKTUR GEORGE KORNODLE



MAKALAH
ANALISIS DAN KRITIK NASKAH DRAMA “SENANDUNG SEMENANJUNG” KARYA WISRAN HADI
DENGAN TINJAUAN TEORI STRUKTUR GEORGE KORNODLE



DISUSUN OLEH :
DELMA WISKA                               (1310741011)


SASTRA DAERAH MINANGKABAU
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015
KATA PENGANTAR
               Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang kritik sastra pada sebuah karya sastra yang bergenre drama..
               Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Orang Tua yang selalu memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada  pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesain makalah ini.
               Penulis menyadari dalam  makalah ini terdapat banyak kesalahan , baik dalm penyusunan maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar sempurnanya makalah ini.


                                                                                       Padang, 03 Mei 2015




                                                                                                   Penulis,


                                                                                      




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra biasanya terbagi 3, yaitu puisi, prosa, dan drama. Pada tulisan kali ini penulis akan memaparkan kritik tentang sebuah karya sastra yang bergenre drama. Drama adalah sebuah karya sastra yang berupa tindakan, dan menggambarkan realita kehidupan yang dipentaskan dan mengandung unsur-unsur tertentu. Drama menggambarkan sebuah realitas kehidupan, maksudnya dalam tampilan drama yang dipentaskan nanntinya terdapat dialog yang dirangkai dan menjadi sebuah cerita. Cerita inilah terdapat kisah-kisah nyata yang dipanggungkan dan yang menggambarkan suasana kehidupan. Melihat drama, penonton seolah-olah melihat kejadian dalam masyarakat.
Drama merupakan sebuah karya 2 dimensi. Dimana dalam drama terdapat naskah yang merupakan sebuah karya sastra dan ada seni pertunjukan yang dipentaskan. Selain itu, dalam drama memiliki unsur-unsur yang membangun drama itu sendiri. Sangat banyak sekali unsur pembentuk dan pembangun drama, ada dialog, pentas, musik, konflik, sutradara, pemain atau tokoh, penokohan, casting dan lain-lainnya . Dan pada makalah ini, penulis akan mengkritik sebuah naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi, drama ini akan dikritik menggunakan teori Struktur Drama George Kornodle.
George Kornodle membagi 6 nilai dramatik yaitu: plot, karakter, tema, dialog, musik serta spectele. Keenam nilai dramatik ini kemudian dikelompokkan menjadi 2 yakni struktur dan tekstur drama. Struktur drama terdiri atas plot, karakter dan tema, sedangkan tekstur drama dialog, musik serta spectele yang dapat dilihat saat pementasan, dalam analisis ini meliputi kedua nilai dramatik ini.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas beberapa hal mengenai naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi, yaitu: memaparkan  plot, karakter atau penokohan,tema, dan melakukan kritik  pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi.

C.      Tujuan
Mengetahui plot, karakter atau penokohan,tema, dan melakukan kritik  pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengaplikasian teori Struktur Drama George Kornodle pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi.

1.      Plot atau Alur
Plot ialah rangkaian sebab akibat yang terdapat dalam suatu cerita, dan dalam hal ini pada drama yang nantinya memicu krisis dan menggerakkan cerita menuju klimaks. Dengan hasil bacaan penulis terhadap naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi ini plot atau alur yang didapati ialah plot “maju mundur atau flashback”, yang dibuktikan dengan jalan cerita yang berawal dari Hang II merebut tahta kerajaan dan menjadikan ia seorang raja dan di pertengahan cerita penulis mendapati dialog yang merujuk pada cerita awal bagaimana Hang II merebut kekuasaan, yang ditujukan pada kutipan dialog:
Yang III :”kau tidurkan Raja dengan nyanyian-nyanyian! Kemudian kau paksa Raja memberikan gelar kehormatan padamu, kau bujuk Raja supaya keris temeng sari milik Hang Tuah diberikan padamu. Semua kau dapatkan! Raja menjadi sayang padamu. Kau penuhi nafsumu dengan kekuasaan yang ad. Mereka yang ingin menghadap raja kau halangi. Bahkan Datuk Bendahara juga tidak kau bolehkan menghadap!.
Selanjutnya pada  dialog berikut:
Yang V: “ya terus! Terus kau rebut kekuasaan. Terpaksa Raja turun tengah malam dan pergi merangkak ke rumah Datuk Bendahara.......”
Juga terdapat pada halaman 51, dialog Hang I.

2.      Penokohan atau Karakter
Penokohan atau karakter ialah watak, sikap ,ataupun kepribadian tokoh yang terdapat dalam suatu cerita. Karakter tokoh biasanya bisa dilahat dalam cerita maupun dialog, pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi ini penulis menemukan karakter tokoh sebagai berikut:
a.       Hang II mempunyai karakter : ambisius dan pendendam, bisa dilahat dalam dialog:
Hang II:“merebut kekuasaan hanya sebuah cara. Cara untuk menyelamatkan Raja dari segala pengaruh yang sedang berlangsung.....” (hal 11)
Dang I: “Tapi Hang Jebat penuh ambisi dan setiap kesempatan berusaha memenuhi impian-impian........”(hal 62)
Hang II:”aku harus menuntut balas atas kehilangan Hang Tuah.

b.      Hang III, Hang IV dan Hang V: ketiga Hang ini adalah Hulubalang kerajaan yang Setia dan patuh pada perintah Raja, dan bisa dilihat dalam dialog:
Hang III: tapi aku disuruh Raja mengambalikan mahkota yang telah kau rebut. Bila kau bertahan, aku harus membunuhmu.” (hal 21)
Hang IV:”mereka ingin kau mengembalikan kekuasaan pada Raja.”
c.       Hang I: patuh dan setia pada Raja, namun ia patuh juga karena menghapus kesalahan atau nama buruknya dimasa lalu, dapat dilihat pada percakapan berikut:
Hang II: pilihlah mana yang mungkin dapat mententramkan dirimu. Kalau takut dituduh berkhianat pada Raja, bunuhlah sahabatmu sendiri. tapi aku yakin, kau akan membunuhku dari pada kau berkhianat pada Raja.
Hang I: inilah kesulitanku. Aku harus menebus ampun itu dengan darah sahabatku sendiri.
..............
d.      Yang I: ia seorang Raja yang ragu-ragu dalam bertindak dan mudah terpengaruh oleh bujuk rayu orang, bisa dilihat pada dialog berikut:
“ular-ular itu terlalu banyak disekitar Raja, sehingga dalam mengambil keputusan Raja selalu ragu-ragu. Saat Rajabimbang, mereka menyodorkan putusan yang menguntungkan diri mereka. Keadaikan seperti itu perlu diselamatkan.”
e.       Yang II: patuh terhadap perintah Raja tapi ia tidak berpihak kepada siapa-siapa.
“aku ditugaskan mengusir Hang Jebat.” (hal 35)
“ya ampun, bagaaimana aku melawan Hang Jebat. Dia bagiku sama dengan Hang Tuah. Anak-anak nakal dan kesalahannya belum tentu kesalahannya sendiri. hang Jebat punya pendapat dan pendapatannya dipertahankannya.......”
f.       Yang III dan Yang V: patuh pada Raju namun juga memiliki sifat mudah bimbang dan mudah terjerumus. Terdapat pada percakapan berikut.
Yang III: ini masalah politik Hang Jebat!
Yang II :politik ular! Inang!Bawa orang-orang politik ini kekamar!
(dua orang wanita segera menyeret Yang III dan Yang V)
Yang III: jebat! Jangan salah sangka. Aku berpihak padamu.
Yang V:jangan.jangan.Isteriku masih muda.
g.      Yang IV: setia pada Raja
biar apapun yang terjadi, kita harus selalu setia kepada Raja.....”
h.      Tun I: setia pada Raja
Tun I:“.....mari kita bersatu-padu menghalau pengkhianat negri ini!”
i.        Tun III dan Tun IV: setia pada Raja dan perintahnya, namun mata duitan. Terdapat dalam percakapan:
Tun III:begini datuk jangan datuk yang pergi, biarlah kami(Tun III dan Tun IV) mengusir pengkhianat itu.
Tun IV:”Pulanglah datuk. Peliharalah kepatuhan Datuk itu baik-baik. Biar kami (Tun III dan Tun IV) yang menggantikan tugas datuk.
Tun III:”Tidak sepantasnya datuk memikul beban seberat ini.”
Yang II:”jadi kalian berdua akan menggantikan tugasku?terpuji kalian. Pergilah dan nanti akan kusediakan sepeti emas murni.(kembali ketempat duduk).”
Tun IV:”satu peti?”
Tun III:”emas murni?”
j.        Tun II: setia pada Raja namun pengharap imbalan.
baiklah. Tapi apakah Raja masih menyediakan hadiah bila pekerjaan kita berhasil?”
k.      Dang I: sombong, dapat dilihat pada dialog yang diucapkan ole Dang II, yaitu:
“(menirukan gaya bicara Raden Ayu) apalagi aku. Aku dari Majapahit. Yaya. Tak seorangpun wanita disini yang pantas menjadi isteri Raja.”
l.        Dang II: pesimis, bisa dilihat dari dialog yang dia ucapkan:
“(histeris) tak tahu diuntung!Tak seorang Raja yang mau menjadikan ku isterinya!tidak seorangpun!o, alangkah malang nasib wanita ini. Malang.”
m.    Dang III: penengah atau tidak berpihak, walaupun Hang Tuah suaminya dalam kegentingan melawan Hang Jebat ia tidak berpihak paa suaminya, seperti dialog berikut:
“perbedaan pendapat kenapa haru diahiri dengan darah. Tun Tuah.”
“...biarkan Tun Jebat dengan pendapatnya..”
“...biarkan Tun Jebat dengan kebebasannya”
“...biarkan Tun Jebat dengan kefanatikkannya”
“...biarkan Tun Jebat dengan kerajaanny”
“...biarkan Tun Jebat dengan kebanggaannya”
“...biarkan Tun Jebat di saat kini”

3.      Tema

Tema ialah sesuatu yang menjadi pokok masalah  dalam ceri dan dalam hal ini pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi. Dan pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi ini, penulis berpendapat naskah ini bertemakan  “Kudeta, Politik Kekuasaan”, pada ceritanya pada naskah ini memaparkan bagaimana Hang II untuk mengambil paksa kerajaan (dalam hal ini bisa disebut dengan kudeta) dan menjadikan ia sendiri sebagai Raja Semenanjung. Bukan hanya itu, banyak politik-politik yang digunakan oleh orang-orang yang berada di kerajaan untuk menempati jabatan tertinggi di kerajaan. jadi pada naskah ini penulis mengambil tema “Kudeta, Politik Kekuasaan”.

4.      Dialog
Menurut KBBI, dialog ialah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara satu orang atau lebih. Dalam hal ini, penulis akan menganalisis bahasa yang terdapat dalam dialog-dialog. Menurut penulis, pada naskah ini menggunakan bahasa sastra yang tinggi, dimana dalam pembacaannya banyak ditemukan makna-makna tersirat atau terselubung. Selain itu,untuk membaca naskah ini tidak bisa satu kali namun berulang-ulang, karena bahasa yang digunakan tadi, jika satu kali pembacaan saja tidak bisa dimengerti jalan ceritanya ataupun susah menemukan maknanya.
5.      Mood (Musik)
Jika saja drama ni dipentaskan, maka sangat diperlukan musik(mood), sebagai pengiring dan pendukung suasana. Dalam naskah ini, terdapat banyak pertengkaran yang menurut penulis menggunakan instrumen dengan tempo cepat. Dan ada nyanyian yang terdapat dalam naskah, yang nantinya dalam petunjukkan bisa menggunakan musik dengan berbaga instrumen musik sesuai dengan nyanyiannya.
6.      Spectele
a.       Blockingà kondisi dimana pemain menguasai panggung dan selalu terlihat oleh penonton, baik saat sendiri atau bersama-sama (gruping). Menurut penulis, Saat tokoh melakukan dialog tidak boleh sejajar kearah penonton, harus menyamping agar terlihat pemain yang sedang berdialog. Atau saat bertengkar tidak boleh menutupi satu sama lain.


b.      Cahaya (lighting)
Saat suasana tegang lampu berkedip-kedip, atau saat berdialog biasa lighting fokus kepada yang berdialog.
c.       Properti
Poperti yang bisa digunakan untuk pertunjukan naskah ini, menurut penulis yaitu: talam, bendera, payung kuning, tombak dan permadani merah, inilah sebagian properti yang bisa digunkan.
d.      Kostum
Kostum yang digunakan untuk pertunjukkan naskah ini secara garis besar kostum kerajaan . Kostum yang digunakan juga sesuai dengan karekter dan peran tokoh masing-masing. Seperti Raja menggunakan kostum Raja.

B.     Kritik pada Naskah Drama yang Berjudul “Senandung Semenanjung” Karya Wisran Hadi

Pada kesempatan ini penulis akan memberikan kritik terhadap naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi dengan menggunakan analisis teori struktur George Kornodle. Yang pertama pada plot atau alurnya, plot yang terdapat pada naskah ini alur flashback dan alurnya sudah bisa terlihat jelas dalam naskah dengan  melihat dari dialog antar tokoh. Yang kedua, bahasa yang digunakan terlalu tinggi dan sulit untuk dipahami apalagi bagi pemula, namun tentunya penggunaan bahasa yang tinggi ini juga bagus agar pembaca lebih memahami naskah baik dari segi cerita atau dari segi lainnya dengan membaca berulang-ulang. Mungkin bagi penulis naskah sendiri, juga mempunyai alasan tersendiri menggunakan bahasa yang tinggi ini.

Yang ketiga pada nama tokoh, dalam naskah pada halaman depan atau pertama, penulis naskah sudah memaparkan nama tokoh, dan dalam pemaparan itu sendiri bisa dilihat bahwa penyusunan nama tokoh dan perannya menunjukkan strata dari sebuah kerajaan mulai dari jabatan tertinggi ke terendah. Namun dalam penulisan naskah sendiri tidak memakai nama tokoh langsung, namun memakai seperti Tun I, Tun II, Yang I, Yang II, Hang I, Hang II, dan seterusnya, pemakaian seperti ini membuat  pembaca sulit memahami karena namanya hampir sama. Selain itu dalam naskah, penulis tidak menemukan dialog Dang IV dan Dang V yang berperan sebagai Inang, entah itu disengaja ataupun tidak.  Dan tokoh Dang II pada awal cerita berperan sebagai Inang dan saat cerita Hang Tuah dan Hang Jebat bertengkar, Dang II berperan sebagai Istrinya Hang Jebat. Hal ini membuat pembaca kesulitan, sangat ragu, dan bertanya-tanya, bagaimana tokoh dan peran Dang II ini sebenarnya?. Menurut penulis sendiri, sebaiknya tokoh dan perannya lebih diperjelas lagi dan dalam penulisan naskah sendiri sebaiknya juga memakai nama tokoh langsung agar mempermudah pembaca dalam memahami naskah. Namun, mungkin bagi penulis naskah mempunyai alasan tersendiri dengan tidak memakai nama tokoh langsung dalam naskah.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dalam menggunakan Teori Struktur George Kornodle ada enam nilai dramatik yaitu tema, alur, karakter, musik, dialog dan spectele dan keenam nilai ini sudah penulis paparkan. Menurut penulis, tema dari naskah “Senandung Semenanjung” ini ialah Kudeta, Politik Kekuasaan, alur yang terdapat dalam naskah yaitu flashback. Pada kritik, penulis lebih mengkritik pada tokoh yang terdapat dalam naskah ini.


B.     Kritik dan Saran
Penulis menyadari dalam  makalah ini terdapat banyak kesalahan , baik dalm penyusunan maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar sempurnanya makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Wisran. 1983. Naskah Drama Senandun

2 komentar:

  1. Saya masih kesulitan dalam memahami drama yang telah di jelas kan di sini, dan saya juga membandingkan dengan teks drama yang saya miliki dari guru. Tetapi tetap saja masih sedikit bingung

    BalasHapus