DISUSUN OLEH :
DELMA WISKA (1310741011)
SASTRA DAERAH MINANGKABAU
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang kritik sastra pada
sebuah karya sastra yang bergenre drama..
Terima kasih penulis ucapkan
kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
makalah penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Orang Tua yang selalu
memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan
terima kasih juga penulis ucapkan kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesain makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan , baik
dalm penyusunan maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar sempurnanya makalah ini.
Padang,
03 Mei 2015
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Karya sastra biasanya terbagi 3, yaitu puisi, prosa, dan drama.
Pada tulisan kali ini penulis akan memaparkan kritik tentang sebuah karya
sastra yang bergenre drama. Drama
adalah sebuah karya sastra yang berupa tindakan, dan menggambarkan realita
kehidupan yang dipentaskan dan mengandung unsur-unsur tertentu. Drama
menggambarkan sebuah realitas kehidupan, maksudnya dalam tampilan drama yang
dipentaskan nanntinya terdapat dialog yang dirangkai dan menjadi sebuah cerita.
Cerita inilah terdapat kisah-kisah nyata yang dipanggungkan dan yang
menggambarkan suasana kehidupan. Melihat drama, penonton seolah-olah melihat
kejadian dalam masyarakat.
Drama merupakan sebuah karya 2 dimensi.
Dimana dalam drama terdapat naskah yang merupakan sebuah karya sastra dan ada
seni pertunjukan yang dipentaskan. Selain itu, dalam drama memiliki unsur-unsur
yang membangun drama itu sendiri. Sangat banyak sekali unsur pembentuk dan
pembangun drama, ada dialog, pentas, musik, konflik, sutradara, pemain atau
tokoh, penokohan, casting dan lain-lainnya . Dan pada makalah ini, penulis akan
mengkritik sebuah naskah drama yang berjudul
“Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi, drama ini akan dikritik menggunakan
teori Struktur Drama George Kornodle.
George Kornodle membagi 6 nilai dramatik yaitu: plot, karakter,
tema, dialog, musik serta spectele. Keenam nilai dramatik ini
kemudian dikelompokkan menjadi 2 yakni struktur dan tekstur drama. Struktur
drama terdiri atas plot, karakter dan tema, sedangkan tekstur drama dialog,
musik serta spectele yang dapat dilihat saat pementasan, dalam
analisis ini meliputi kedua nilai dramatik ini.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas beberapa
hal mengenai naskah drama yang berjudul
“Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi, yaitu: memaparkan plot, karakter atau penokohan,tema, dan
melakukan kritik pada naskah drama yang berjudul “Senandung
Semenanjung” karya Wisran Hadi.
C.
Tujuan
Mengetahui
plot, karakter atau penokohan,tema, dan melakukan kritik pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengaplikasian
teori Struktur Drama George Kornodle pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi.
1.
Plot atau Alur
Plot
ialah rangkaian sebab akibat yang terdapat dalam suatu cerita, dan dalam hal
ini pada drama yang nantinya memicu krisis dan menggerakkan cerita menuju
klimaks. Dengan hasil bacaan penulis terhadap naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi ini
plot atau alur yang didapati ialah plot “maju mundur atau flashback”,
yang dibuktikan dengan jalan cerita yang berawal dari Hang II merebut tahta
kerajaan dan menjadikan ia seorang raja dan di pertengahan cerita penulis mendapati
dialog yang merujuk pada cerita awal bagaimana Hang II merebut kekuasaan, yang
ditujukan pada kutipan dialog:
Yang
III :”kau tidurkan Raja dengan nyanyian-nyanyian! Kemudian kau paksa Raja
memberikan gelar kehormatan padamu, kau bujuk Raja supaya keris temeng sari
milik Hang Tuah diberikan padamu. Semua kau dapatkan! Raja menjadi sayang
padamu. Kau penuhi nafsumu dengan kekuasaan yang ad. Mereka yang ingin
menghadap raja kau halangi. Bahkan Datuk Bendahara juga tidak kau bolehkan
menghadap!.
Selanjutnya
pada dialog berikut:
Yang
V: “ya terus! Terus kau rebut kekuasaan. Terpaksa Raja turun tengah malam
dan pergi merangkak ke rumah Datuk Bendahara.......”
Juga
terdapat pada halaman 51, dialog Hang I.
2.
Penokohan atau
Karakter
Penokohan
atau karakter ialah watak, sikap ,ataupun kepribadian tokoh yang terdapat dalam
suatu cerita. Karakter tokoh biasanya bisa dilahat dalam cerita maupun dialog,
pada naskah drama yang berjudul
“Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi ini penulis menemukan karakter tokoh
sebagai berikut:
a.
Hang II
mempunyai karakter : ambisius dan pendendam, bisa dilahat dalam dialog:
Hang
II:“merebut kekuasaan hanya sebuah
cara. Cara untuk menyelamatkan Raja dari segala pengaruh yang sedang
berlangsung.....” (hal 11)
Dang
I: “Tapi Hang Jebat penuh ambisi dan
setiap kesempatan berusaha memenuhi impian-impian........”(hal 62)
Hang
II:”aku harus menuntut balas atas
kehilangan Hang Tuah.
b.
Hang III, Hang
IV dan Hang V: ketiga Hang ini adalah Hulubalang kerajaan yang Setia dan patuh
pada perintah Raja, dan bisa dilihat dalam dialog:
Hang
III: “tapi aku disuruh Raja
mengambalikan mahkota yang telah kau rebut. Bila kau bertahan, aku harus
membunuhmu.” (hal 21)
Hang
IV:”mereka ingin kau mengembalikan
kekuasaan pada Raja.”
c.
Hang I: patuh
dan setia pada Raja, namun ia patuh juga karena menghapus kesalahan atau nama
buruknya dimasa lalu, dapat dilihat pada percakapan berikut:
Hang
II: pilihlah mana yang mungkin dapat mententramkan dirimu. Kalau takut
dituduh berkhianat pada Raja, bunuhlah sahabatmu sendiri. tapi aku yakin, kau
akan membunuhku dari pada kau berkhianat pada Raja.
Hang
I: inilah kesulitanku. Aku harus menebus ampun itu dengan darah
sahabatku sendiri.
..............
d.
Yang I: ia
seorang Raja yang ragu-ragu dalam bertindak dan mudah terpengaruh oleh bujuk
rayu orang, bisa dilihat pada dialog berikut:
“ular-ular
itu terlalu banyak disekitar Raja, sehingga dalam mengambil keputusan Raja
selalu ragu-ragu. Saat Rajabimbang, mereka menyodorkan putusan yang
menguntungkan diri mereka. Keadaikan seperti itu perlu diselamatkan.”
e.
Yang II: patuh
terhadap perintah Raja tapi ia tidak berpihak kepada siapa-siapa.
“aku
ditugaskan mengusir Hang Jebat.” (hal 35)
“ya
ampun, bagaaimana aku melawan Hang Jebat. Dia bagiku sama dengan Hang Tuah.
Anak-anak nakal dan kesalahannya belum tentu kesalahannya sendiri. hang Jebat
punya pendapat dan pendapatannya dipertahankannya.......”
f.
Yang III dan
Yang V: patuh pada Raju namun juga memiliki sifat mudah bimbang dan mudah
terjerumus. Terdapat pada percakapan berikut.
Yang
III: ini masalah politik Hang Jebat!
Yang
II :politik ular! Inang!Bawa orang-orang politik ini kekamar!
(dua orang wanita segera menyeret Yang III dan Yang V)
Yang
III: jebat! Jangan salah sangka. Aku
berpihak padamu.
Yang
V:jangan.jangan.Isteriku masih muda.
g.
Yang IV: setia
pada Raja
“biar
apapun yang terjadi, kita harus selalu setia kepada Raja.....”
h.
Tun I: setia
pada Raja
Tun
I:“.....mari kita bersatu-padu
menghalau pengkhianat negri ini!”
i.
Tun III dan Tun
IV: setia pada Raja dan perintahnya, namun mata duitan. Terdapat dalam
percakapan:
Tun
III:”begini datuk jangan datuk yang pergi, biarlah kami(Tun III dan
Tun IV) mengusir pengkhianat itu.
Tun
IV:”Pulanglah
datuk. Peliharalah kepatuhan Datuk itu baik-baik. Biar kami (Tun III dan Tun
IV) yang menggantikan tugas datuk.
Tun
III:”Tidak
sepantasnya datuk memikul beban seberat ini.”
Yang
II:”jadi kalian
berdua akan menggantikan tugasku?terpuji kalian. Pergilah dan nanti akan
kusediakan sepeti emas murni.(kembali ketempat duduk).”
Tun
IV:”satu peti?”
Tun
III:”emas murni?”
j.
Tun II: setia
pada Raja namun pengharap imbalan.
“baiklah.
Tapi apakah Raja masih menyediakan hadiah bila pekerjaan kita berhasil?”
k.
Dang I:
sombong, dapat dilihat pada dialog yang diucapkan ole Dang II, yaitu:
“(menirukan
gaya bicara Raden Ayu) apalagi aku. Aku dari Majapahit. Yaya. Tak seorangpun
wanita disini yang pantas menjadi isteri Raja.”
l.
Dang II: pesimis,
bisa dilihat dari dialog yang dia ucapkan:
“(histeris)
tak tahu diuntung!Tak seorang Raja yang mau menjadikan ku isterinya!tidak
seorangpun!o, alangkah malang nasib wanita ini. Malang.”
m.
Dang III:
penengah atau tidak berpihak, walaupun Hang Tuah suaminya dalam kegentingan
melawan Hang Jebat ia tidak berpihak paa suaminya, seperti dialog berikut:
“perbedaan
pendapat kenapa haru diahiri dengan darah. Tun Tuah.”
“...biarkan
Tun Jebat dengan pendapatnya..”
“...biarkan
Tun Jebat dengan kebebasannya”
“...biarkan
Tun Jebat dengan kefanatikkannya”
“...biarkan
Tun Jebat dengan kerajaanny”
“...biarkan
Tun Jebat dengan kebanggaannya”
“...biarkan
Tun Jebat di saat kini”
3.
Tema
Tema ialah sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam ceri dan dalam hal ini pada naskah drama yang berjudul “Senandung
Semenanjung” karya Wisran Hadi. Dan pada naskah drama yang berjudul “Senandung Semenanjung” karya Wisran Hadi ini,
penulis berpendapat naskah ini bertemakan “Kudeta, Politik Kekuasaan”, pada
ceritanya pada naskah ini memaparkan bagaimana Hang II untuk mengambil paksa
kerajaan (dalam hal ini bisa disebut dengan kudeta) dan menjadikan ia sendiri
sebagai Raja Semenanjung. Bukan hanya itu, banyak politik-politik yang
digunakan oleh orang-orang yang berada di kerajaan untuk menempati jabatan
tertinggi di kerajaan. jadi pada naskah ini penulis mengambil tema “Kudeta,
Politik Kekuasaan”.
4.
Dialog
Menurut
KBBI, dialog ialah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara
satu orang atau lebih. Dalam hal ini, penulis akan menganalisis bahasa yang
terdapat dalam dialog-dialog. Menurut penulis, pada naskah ini menggunakan bahasa
sastra yang tinggi, dimana dalam pembacaannya banyak ditemukan makna-makna
tersirat atau terselubung. Selain itu,untuk membaca naskah ini tidak bisa satu
kali namun berulang-ulang, karena bahasa yang digunakan tadi, jika satu kali
pembacaan saja tidak bisa dimengerti jalan ceritanya ataupun susah menemukan
maknanya.
5.
Mood (Musik)
Jika
saja drama ni dipentaskan, maka sangat diperlukan musik(mood), sebagai
pengiring dan pendukung suasana. Dalam naskah ini, terdapat banyak pertengkaran
yang menurut penulis menggunakan instrumen dengan tempo cepat. Dan ada nyanyian
yang terdapat dalam naskah, yang nantinya dalam petunjukkan bisa menggunakan
musik dengan berbaga instrumen musik sesuai dengan nyanyiannya.
6.
Spectele
a.
Blockingà kondisi dimana pemain menguasai panggung dan selalu terlihat oleh
penonton, baik saat sendiri atau bersama-sama (gruping). Menurut penulis, Saat
tokoh melakukan dialog tidak boleh sejajar kearah penonton, harus menyamping
agar terlihat pemain yang sedang berdialog. Atau saat bertengkar tidak boleh
menutupi satu sama lain.
b.
Cahaya
(lighting)
Saat
suasana tegang lampu berkedip-kedip, atau saat berdialog biasa lighting fokus
kepada yang berdialog.
c.
Properti
Poperti
yang bisa digunakan untuk pertunjukan naskah ini, menurut penulis yaitu: talam,
bendera, payung kuning, tombak dan permadani merah, inilah sebagian properti
yang bisa digunkan.
d.
Kostum
Kostum
yang digunakan untuk pertunjukkan naskah ini secara garis besar kostum kerajaan
. Kostum yang digunakan juga sesuai dengan karekter dan peran tokoh
masing-masing. Seperti Raja menggunakan kostum Raja.
B.
Kritik pada
Naskah Drama yang Berjudul
“Senandung Semenanjung” Karya Wisran Hadi
Pada kesempatan ini penulis akan memberikan kritik terhadap naskah drama yang berjudul “Senandung
Semenanjung” karya Wisran Hadi dengan menggunakan analisis teori struktur
George Kornodle. Yang pertama pada plot atau alurnya, plot yang terdapat pada
naskah ini alur flashback dan alurnya sudah bisa terlihat jelas dalam naskah
dengan melihat dari dialog antar tokoh.
Yang kedua, bahasa yang digunakan terlalu tinggi dan sulit untuk dipahami apalagi
bagi pemula, namun tentunya penggunaan bahasa yang tinggi ini juga bagus agar
pembaca lebih memahami naskah baik dari segi cerita atau dari segi lainnya
dengan membaca berulang-ulang. Mungkin bagi penulis naskah sendiri, juga
mempunyai alasan tersendiri menggunakan bahasa yang tinggi ini.
Yang ketiga pada nama tokoh, dalam naskah pada halaman depan atau
pertama, penulis naskah sudah memaparkan nama tokoh, dan dalam pemaparan itu
sendiri bisa dilihat bahwa penyusunan nama tokoh dan perannya menunjukkan
strata dari sebuah kerajaan mulai dari jabatan tertinggi ke terendah. Namun
dalam penulisan naskah sendiri tidak memakai nama tokoh langsung, namun memakai
seperti Tun I, Tun II, Yang I, Yang II, Hang I, Hang II, dan seterusnya, pemakaian
seperti ini membuat pembaca sulit
memahami karena namanya hampir sama. Selain itu dalam naskah, penulis tidak
menemukan dialog Dang IV dan Dang V yang berperan sebagai Inang, entah itu
disengaja ataupun tidak. Dan tokoh Dang
II pada awal cerita berperan sebagai Inang dan saat cerita Hang Tuah dan Hang
Jebat bertengkar, Dang II berperan sebagai Istrinya Hang Jebat. Hal ini membuat
pembaca kesulitan, sangat ragu, dan bertanya-tanya, bagaimana tokoh dan peran
Dang II ini sebenarnya?. Menurut penulis sendiri, sebaiknya tokoh dan perannya
lebih diperjelas lagi dan dalam penulisan naskah sendiri sebaiknya juga memakai
nama tokoh langsung agar mempermudah pembaca dalam memahami naskah. Namun, mungkin
bagi penulis naskah mempunyai alasan tersendiri dengan tidak memakai nama tokoh
langsung dalam naskah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam menggunakan Teori Struktur George Kornodle ada
enam nilai dramatik yaitu tema, alur, karakter, musik, dialog dan spectele dan
keenam nilai ini sudah penulis paparkan. Menurut penulis, tema dari naskah
“Senandung Semenanjung” ini ialah Kudeta, Politik Kekuasaan, alur yang
terdapat dalam naskah yaitu flashback. Pada kritik, penulis lebih mengkritik
pada tokoh yang terdapat dalam naskah ini.
B. Kritik
dan Saran
Penulis menyadari dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan , baik
dalm penyusunan maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi,
Wisran. 1983. Naskah Drama Senandun
Kak ada naskah drama aslinya kak?
BalasHapusSaya masih kesulitan dalam memahami drama yang telah di jelas kan di sini, dan saya juga membandingkan dengan teks drama yang saya miliki dari guru. Tetapi tetap saja masih sedikit bingung
BalasHapus