Sastra
merupakan bentuk dan hasil dari sebuah karya seni yang objeknya adalah manusia
dan kehidupannya dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya, maka dari itu sastra
dan kehidupan tidak dapat dipiahkan. Sebagai mana dalam perkembangannya sastra
selalu menghadirkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Peristiwa yang
digambarkan dalam karya sastra bisa terjadi dalam kehidupan nyata maupun diluar
alam nyata. Sastra juga dapat dikatakan sebagai media untuk menyuarakan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat agar tetap hidup dan menjadi acuan bagi
kehidupan manusia kelak.
Kalau
hakikatnya sastra adalah suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa, maka
kita harus memberikan apresiasi yang besar terhadap karya sastra itu sendiri.
Kritik juga merupakan sebuah apresiasi terhadap sebuah karya sastra ,karna
kritik dapat menjadi refisi terhadap sebuah karya sasta dan dapat pula menjadi
acuan terbentuknya sebuah karya sastra baru. Sastra itu sendiri bermacam-macam
bentuk, yaitu meliputi puisi, cerpen, novel, roman, naskah drama dan pantun.
Kali ini penulis akan membahas salah satu dari bentuk karya sastra tersebut
yaitu cerpen.
Menurut
Sumarjo cerita pendek merupakan cerita yang berbentuk prosa yang relatif
pendek. Kata pendek disini dapat diartikan
sebagai dapat dibaca dengan sekali duduk dan kurang dari satu jam.
Dikatakan pendek karna gendre ini hanya mempunyai efek tunggal , karakter, plot dan setting yang terbatas tidak beragam
dan tidak kompleks.
Cerpen
sebagai karya sastra yang lahir dari kreatifitas pengarang yang berisi ide-ide,
maka dari itu kita harus melakukan kritik terhadap karya tersebut agar kita
dapat menemukan hal yang lebih kompleks lagi. Karya sastra merupakan representasi dari
kehidupan masyarakat, dalam kultur Minangkabau dikenal istilah Alam Takambang
Jadi Guru, yang artinya segala bentuk pelajaran yang dipetik dari alam sekitar
dan fenomena-fenomena yang tumbuh dalam masyarakat yang dijadikan pelajaran.
Alam dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat dapat
direpresentasikan melalui karya sastra.
Dikalangan
kritikus sastra dan akademisi dikenal dengan istilah sosiologi sastra, yakni
sebuah teori analisis yang mengupas fenomena-fenomena yang terjadi dalam
masyarakat terdapat dalam karya sastra. Konsep
sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang
pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang
mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan
demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan
sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa
sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya;
dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan
masyarakat dalam berbagai dimensinya (Soemanto, 1993).
Sastra sebagai dokumen sosial dan potret kenyataan sosial yang dapat
dipergunakan sebagai suatu pendekatan sosial, dan menjadi media pewarisan serta
penyampaian nilai-nilai kearifan dalam masyarakat. Berangkat dari konsep
tersebut sebuah sastra merupakan replika dari kehidupan masyarakat, dengan kata
lain alam takambang jadi guru dapat kita temukan dalam sastra. Seperti yang
terdapat dalam cerpen karya Ahmad Tohari yang berjudul tinggal matanya
berkedip-kedip dalam cerpen ini sipengarang berusaha menyampaikan
nilai-nilai moral yang saat ini mulai terkikis dari moral masyarakat.
Dalam tulisan saya kali ini saya akan mencoba melakukan analisis sekaligus
kritik terhadap cerpen tinggal matanya berkedip-kedip karya Ahmad Tohari.
Penulis akan mencoba menyingkap pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui
analisis dengan menggumakan teori sosioogi sastra. Dalam tulisan ini penulis
lebih menitik beratkan kepda sosiologi karya. Dalam sosiologi karya menyangkut
eksistensi karya itu sendiri, yang memuat isi karya sastra ,tujuan erta hal-hal
yang tersirat dalam arya sastra itu sendiri, dan yang berkaitan dengan
masalah-masalah sosial.
Dalam cerpen tinggal matanya berkedip-kedip ini pengarang mencoba
menyampaikan bahwa kesombongan yang merupakan sifat alamiah manusia, tidak
boleh pupuk dan dibiarkan berkebang dalam diri manusi. Walau sifat sombong
takkan pernah hilang dalam diri manusia, karna sifat sobong harus ditekan karna
sifat sombong dapat menjatuhkan dan menghancurkan. Dalam cerpen ini pengarang
menceritakan bagaimana kesembongan seorang manusia dikalahkan oleh seekor
kerbau.
Musgepuk seorang pawang binatang yang kehebatannya telah tersohor dan telah
diakui di seantero negri, karna kelebihan dan kemashurannya sebagai seorang
pawang masgepung menjadi seorang yang sombong.”oh, itu gampang. Gampang!
Sampean akan melihat nanti sicepon yang baru akujinankan ini akan menggarap
sawah sampean dengan gampang. Empat petak sawah sampean akan diselesaikannya
dalam waktu setengah hari, percayalah”. Ini merupakan penggalan dari cerpen
tersebut yang menunjukkan betapa sombongnya musgepuk sebagai seorang pawang.
Kesombongan seseorang akan semakin
menjadi-jadi ketika lingkungan dan masyarakat memberikan tanggapan yang
berlebihan atas sesutu hal. “beberapa orang perempuan menunjukkan rasa ngeri
melihat jarum besar serta tali ijuk ditangan musgepuk. Mereka menguncupkan bahu
dan menutup wajah dengan telapak tangan. Terdengar suara mendesis petanda miris
. tetapi suara itu justru membuat musgepuk makin bertingkah”. Penggalan cerpen diatas menunjukkan bahwa
respon yang berlebihan akan makin membuat seseorang makin sombong. Hal demikian
menununjukkan bahwa sifat seseorang tidak murni karna naluri alamiah semata
namun juga pengaruh dari lingkungan tempat seseorang itu tumbuh.
Sifat sombong adalah sifat tuhan semata yang tidak boleh dimiliki oleh
seorang manusia, jika seseorang sombong maka tuhan akan murka. Tuhan akan
memberi pelajaran bagi manusia yang sombong, ujian cobaan dan pelajaran dari
tuhan dapat terjadi dari manapun dan kapanpun bahkan untuk siapapun. Seperti
dalam cerpen tinggal matanya berkedip-kedip tuhan memberi pelajaran
musgepuk melalui seekor kerbau.
Cepon adalah seekor kerbau milik seorang petani yang terkenal ganas dan tak
mau dijinakkan, ceonlah yang membuat kesombongan musgepuk sebagai seorang
pawang hebat menjadi takberdya dan malu. Cepon seekor kerbau yang takmau
dijinakkan oleh seorang yang sombong, ia tetap takmau dijinakkan bahkan telah
dilukai dan disiksa oleh musgepuk.”....cambuknya melecut lecut, menambah
garis-garis merah dipunggung si cepon. Tetes darah makin sering meluncur dari
hidung kerbau kami membuat rona merah di atas lumpur melebar dan melebar”.
Dalam cerpen tinggal matanya berkedip-kedip karya Ahmad Tohari
memiliki pesan moral bahwa sifat sombong yang ada dalam diri manusia harus
ditekan, karena sifat sombong hanyalah milik tuhan semata. Kesombongan dalam
diri manusia adalah sifat yang sangat dibenci, tuhan dapat menghukum dan
memberi pelajaran dari manapun, kapan pun dan untuk siapapun, bahkan pelajaran
dan hukuman dari tuhan dapat datang dari seekor kerbau selipun. Dan masyarakat
hendaklah tidak memberi respon yang berlebihan terhadap seseorang karna hal
tersebut dapat memunculkan sifat sombong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar