HOME

Jumat, 22 Januari 2016

“KRITIK SOSIAL” TINJAUAN SOSIOLOGI DALAM CERPEN “TINGGAL MATANYA BERKEDIP-KEDIP”



Sastra merupakan bentuk dan hasil dari sebuah karya seni yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya, maka dari itu sastra dan kehidupan tidak dapat dipiahkan. Sebagai mana dalam perkembangannya sastra selalu menghadirkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Peristiwa yang digambarkan dalam karya sastra bisa terjadi dalam kehidupan nyata maupun diluar alam nyata. Sastra juga dapat dikatakan sebagai media untuk menyuarakan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat agar tetap hidup dan menjadi acuan bagi kehidupan manusia kelak.
Kalau hakikatnya sastra adalah suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa, maka kita harus memberikan apresiasi yang besar terhadap karya sastra itu sendiri. Kritik juga merupakan sebuah apresiasi terhadap sebuah karya sastra ,karna kritik dapat menjadi refisi terhadap sebuah karya sasta dan dapat pula menjadi acuan terbentuknya sebuah karya sastra baru. Sastra itu sendiri bermacam-macam bentuk, yaitu meliputi puisi, cerpen, novel, roman, naskah drama dan pantun. Kali ini penulis akan membahas salah satu dari bentuk karya sastra tersebut yaitu cerpen.
Menurut Sumarjo cerita pendek merupakan cerita yang berbentuk prosa yang relatif pendek. Kata pendek disini dapat diartikan  sebagai dapat dibaca dengan sekali duduk dan kurang dari satu jam. Dikatakan pendek karna gendre ini hanya mempunyai efek tunggal , karakter,  plot dan setting yang terbatas tidak beragam dan tidak kompleks.
Cerpen sebagai karya sastra yang lahir dari kreatifitas pengarang yang berisi ide-ide, maka dari itu kita harus melakukan kritik terhadap karya tersebut agar kita dapat menemukan hal yang lebih kompleks lagi.  Karya sastra merupakan representasi dari kehidupan masyarakat, dalam kultur Minangkabau dikenal istilah Alam Takambang Jadi Guru, yang artinya segala bentuk pelajaran yang dipetik dari alam sekitar dan fenomena-fenomena yang tumbuh dalam masyarakat yang dijadikan pelajaran. Alam dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat dapat direpresentasikan melalui karya sastra.
Dikalangan kritikus sastra dan akademisi dikenal dengan istilah sosiologi sastra, yakni sebuah teori analisis yang mengupas fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat terdapat dalam karya sastra. Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya; dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya (Soemanto, 1993).
Sastra sebagai dokumen sosial dan potret kenyataan sosial yang dapat dipergunakan sebagai suatu pendekatan sosial, dan menjadi media pewarisan serta penyampaian nilai-nilai kearifan dalam masyarakat. Berangkat dari konsep tersebut sebuah sastra merupakan replika dari kehidupan masyarakat, dengan kata lain alam takambang jadi guru dapat kita temukan dalam sastra. Seperti yang terdapat dalam cerpen karya Ahmad Tohari yang berjudul tinggal matanya berkedip-kedip dalam cerpen ini sipengarang berusaha menyampaikan nilai-nilai moral yang saat ini mulai terkikis dari moral masyarakat.
Dalam tulisan saya kali ini saya akan mencoba melakukan analisis sekaligus kritik terhadap cerpen tinggal matanya berkedip-kedip karya Ahmad Tohari. Penulis akan mencoba menyingkap pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui analisis dengan menggumakan teori sosioogi sastra. Dalam tulisan ini penulis lebih menitik beratkan kepda sosiologi karya. Dalam sosiologi karya menyangkut eksistensi karya itu sendiri, yang memuat isi karya sastra ,tujuan erta hal-hal yang tersirat dalam arya sastra itu sendiri, dan yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial.
Dalam cerpen tinggal matanya berkedip-kedip ini pengarang mencoba menyampaikan bahwa kesombongan yang merupakan sifat alamiah manusia, tidak boleh pupuk dan dibiarkan berkebang dalam diri manusi. Walau sifat sombong takkan pernah hilang dalam diri manusia, karna sifat sobong harus ditekan karna sifat sombong dapat menjatuhkan dan menghancurkan. Dalam cerpen ini pengarang menceritakan bagaimana kesembongan seorang manusia dikalahkan oleh seekor kerbau.
Musgepuk seorang pawang binatang yang kehebatannya telah tersohor dan telah diakui di seantero negri, karna kelebihan dan kemashurannya sebagai seorang pawang masgepung menjadi seorang yang sombong.”oh, itu gampang. Gampang! Sampean akan melihat nanti sicepon yang baru akujinankan ini akan menggarap sawah sampean dengan gampang. Empat petak sawah sampean akan diselesaikannya dalam waktu setengah hari, percayalah”. Ini merupakan penggalan dari cerpen tersebut yang menunjukkan betapa sombongnya musgepuk sebagai seorang pawang.
Kesombongan seseorang akan semakin menjadi-jadi ketika lingkungan dan masyarakat memberikan tanggapan yang berlebihan atas sesutu hal. “beberapa orang perempuan menunjukkan rasa ngeri melihat jarum besar serta tali ijuk ditangan musgepuk. Mereka menguncupkan bahu dan menutup wajah dengan telapak tangan. Terdengar suara mendesis petanda miris . tetapi suara itu justru membuat musgepuk makin bertingkah”.  Penggalan cerpen diatas menunjukkan bahwa respon yang berlebihan akan makin membuat seseorang makin sombong. Hal demikian menununjukkan bahwa sifat seseorang tidak murni karna naluri alamiah semata namun juga pengaruh dari lingkungan tempat seseorang itu tumbuh.
Sifat sombong adalah sifat tuhan semata yang tidak boleh dimiliki oleh seorang manusia, jika seseorang sombong maka tuhan akan murka. Tuhan akan memberi pelajaran bagi manusia yang sombong, ujian cobaan dan pelajaran dari tuhan dapat terjadi dari manapun dan kapanpun bahkan untuk siapapun. Seperti dalam cerpen tinggal matanya berkedip-kedip tuhan memberi pelajaran musgepuk melalui seekor kerbau.
Cepon adalah seekor kerbau milik seorang petani yang terkenal ganas dan tak mau dijinakkan, ceonlah yang membuat kesombongan musgepuk sebagai seorang pawang hebat menjadi takberdya dan malu. Cepon seekor kerbau yang takmau dijinakkan oleh seorang yang sombong, ia tetap takmau dijinakkan bahkan telah dilukai dan disiksa oleh musgepuk.”....cambuknya melecut lecut, menambah garis-garis merah dipunggung si cepon. Tetes darah makin sering meluncur dari hidung kerbau kami membuat rona merah di atas lumpur melebar dan melebar”.
Dalam cerpen tinggal matanya berkedip-kedip karya Ahmad Tohari memiliki pesan moral bahwa sifat sombong yang ada dalam diri manusia harus ditekan, karena sifat sombong hanyalah milik tuhan semata. Kesombongan dalam diri manusia adalah sifat yang sangat dibenci, tuhan dapat menghukum dan memberi pelajaran dari manapun, kapan pun dan untuk siapapun, bahkan pelajaran dan hukuman dari tuhan dapat datang dari seekor kerbau selipun. Dan masyarakat hendaklah tidak memberi respon yang berlebihan terhadap seseorang karna hal tersebut dapat memunculkan sifat sombong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar