HOME

Sabtu, 23 Januari 2016

CIRI, PEMBEDA DAN PENENTU DIALEK



MAKALAH
                               DIALEKTOLOGI
CIRI, PEMBEDA DAN PENENTU DIALEK

DISUSUN OLEH :
DELMA WISKA                     (1310741011)
JEPRI PERNANDA                (121074         )
SAPRI FEBRIAN                    (121074         )
JULISMAN                              (121074         )

SASTRA DAERAH MINANGKABAU
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015
KATA PENGANTAR
               Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan tugas pada mata kuliah Dialektologi, salah satu mata kuliah pada program studi Sastra Daerah Minangkabau.
               Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Orang Tua yang selalu memberi banyak motivasi. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada  pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesain makalah ini.
               Penulis menyadari dalam  makalah ini terdapat banyak kesalahan , baik dalam penyusunan maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar sempurnanya makalah ini.


                                                                                       Padang, 27 September 2015



                                                                                                   Penulis,


                                                                                      




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dialek atau dialect berasal dari bahasa Yunani dialektos. Kata dialektos digunakan untuk menunjuk pada keadaan bahasa di Yunani yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan kecil dalam bahasa yang mereka gunakan. Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berbeda dari satu tempat wilayah atau area tertentu. Dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan. Jika pembedaannya hanya berdasarkan pengucapan, maka disebut aksen. Dapat disimpulkan bahwa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang berbeda dengan kelompok penutur lain berdasarkan atas letak geografis, faktor sosial, status sosial dan lain-lain.
Dialektologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari variasi bahasa. Yang dimaksud dengan variasi bahasa adalah perbedaan-perbedaan bentuk yang terdapat dalam suatu bahasa. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup semua unsur kebahasaan, yaitu fonologi, morfologi, leksikon, sintaksis, dan semantik.
Dalam bidang fonologi, perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan bunyi (lafal) dan dapat pula berupa perbedaan fonem.  Dalam bidang morfologi perbedaan tersebut dapat berupa afiks (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks), pronominal, atau kata penunjuk. Dalam bidang sintaksis, perbedaan itu berupa struktur kalimat atau struktur frasa. Dan dalam bidang semantik, perbedaan itu berupa makna, tetapi makna tersebut masih berhubungan atau masih mempunyai pertalian, makna yang digunakan pada titik pengamatan tertentu dengan makna yang digunakan pada titi pengamatan yang lainnya masih berhubungan. Penjelasan diatas akan lebih dijelaskan pada Bab II (Pembahasan).
BAB II
PEMBAHASAN
CIRI, PEMBEDA DAN PENENTU DIALEK

A.    Ciri-Ciri Dialek

Menurut Meillet, ada 2 ciri yang dimiliki dialek,yaitu:

1.      Dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama.

2.      Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari bahasa.

      Ayatroheadi mengemukakan pendapat Meillet bahwa di Yunani terapat perbedaan-perbedaan kecil di dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendukungnya masing-masing, teteapi sedemikian jauh hal tersebut tidak samapai menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda . Perbedaan itu tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhan merasa memiliki satu bahasa yang sama.


B.     Pembeda dan Penentu Dialek

Setiap dialek memiliki perbedaan, dialek suatu daerah berbeda dengan dialek daerah lainnya meskipun rumpun bahasa yang digunakan adalah sama. Misalkan dialek Agam akan berbeda dengan dialek Tanah Datar begitu juga dengan dialek Lima Puluah Kota dan dialek Pesisir. Menurut Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa , perbedaan dialek pada garis besarnya dapat dibagi menjadi lima macam. Kelima macam pembedaan itu ialah sebagai berikut:



a.       Perbedaan fonetik

Perbedaan ini berada di bidang fonologi. Biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.
Contoh:
Boreh dengan bareh
Dari contoh diatas yang membedakan hanya huruf O dengan A . Walaupun pengucapannya berbeda atau bunyi yang dikeluarkan dari kata tersebut terdengar sedikit berbeda, namun tetap memiliki makna yang sama.

b.      Perbedaan semantik

Perbedaan semantik merujuk kepada terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Peristiwa tersebut biasanya terjadi geseran makna kata. Geseran tersebut bertalian dengan dua corak makna, yaitu:
1)      Pemberian nama yang berbeda untuk lambang yang sama di beberapa tempat yang berbeda atau biasa disebut sinonim.
Contoh:
Balai
Pasa
Pakan
Ketiga kata ini memiliki makna yang sama, namun ketiga kata ini merujuk pada satu makna yaitu pasar.

2)       Pemberian nama sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda atau biasa disebut homonim.
Contoh:
Kata Belanda merujuk pada beberapa makna:
Yang pertama bisa merujuk kepada  nama negara,
Kedua bisa merujuk pada nama buah, yaitu Buah Durian Belanda / Balando.

c.       Perbedaan onomasiologis
Perbedaan onomasiologis merujuk pada nama yang berbeda berdasarkan satu konsep, yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda.
Contoh:
Kapelo
Sampelo
Kapayo
Santuka
Kaliki
Kata diatas hanya merujuk pada suatu benda atau nama buah yaitu pepaya.

Ciek
Oso
Aso
Incay
Sobijit
Suah
Kata diatas juga merujuk pada suatu kata yang sama yaitu menyatakan kata satu.

d.      Perbedaan semasiologis
Semasiologis merujuk kepada pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.
Contoh:
Kata Belanda merujuk pada beberapa makna:
Yang pertama bisa merujuk kepada  nama negara,
Kedua bisa merujuk pada nama buah, yaitu Buah Durian Belanda / Balando.

Nama atau kata Aceh bisa merujuk kebeberapa makna atau maksud, yaitu:
Pertama nama daerah di ujung Sumatera.
Kedua nama sebuah bahasa yang dimiliki oleh orang Aceh.
Dan lainnya.

e.       Perbedaan morfologis
Perbedaan  morfologis merujuk pada sistem tata bahasa yang bersangkutan melalui proses morfologis, seperti afiksasi, reduplikasi, suplisi dan lainnya.


Contoh:
Kata main
Dan kata ba-main
Terdapat penambahan surfiks ba- pada nomina main, akan teapi penambahan surfiks ba- tidak mengubah kelas katanya, begitupun dengan kata-kata dibawah ini:
Imbau <-> Ma-imbau
Nangi <-> ma-nangi
Cilok <-> mancilok
Danga <-> mandanga
Kirok <-> bakirok


DAFTAR PUSTAKA

Nadra. 2006. Rekonstruksi Bahasa Minangkabau. Padang: Andalas University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar